Project Management for Gamers Part 1: Strategic Thinking
Saya belajar banyak hal dari ratusan jam bermain Harvest Moon di PS1, mulai dari kemampuan berbahasa Inggris, stereotipe NPC dating sim, sampai project management. Yes, you heard me right, skill yang sehari-hari saya pake di kerjaan, saya pelajari dari Harvest Moon.
Di rangkaian post ini, saya akan memandu kamu ke dunia project management, dilihat dari kacamata seorang pemain Harvest Moon. Belum pernah main Harvest Moon? Beli saja Stardew Valley, dan kembali ke sini setelah kamu mainkan cukup jauh. Rangkaian post ini akan dibagi ke beberapa bagian sesuai topik, kamu bisa ikuti dari awal atau pilih topik-topik yang kamu inginkan. Saya akan update daftar link ini secara berkala:
- Strategic thinking vs tactical thinking (this post)
- Luck (upcoming)
- Time Management (upcoming)
- Cashflow (upcoming)
- Networking & Interpersonal skill (upcoming)
- Resource Management (upcoming)
- IRL: Walkthrough exists, but cheat doesn’t
Bagian 1: Strategic Thinking vs Tactical Thinking
Sejak kecil kamu menjalani hidup biasa saja di kota, sampai suatu hari kamu mendapat surat dari Mineral Town. Kamu mendapat warisan dari kakekmu berupa lahan pertanian dan peternakan yang cukup luas. Tapi ada syaratnya, jika dalam 3 tahun kamu tidak bisa mengembalikan pertanian tersebut ke kondisi saat masa keemasannya, lahan pertanian akan diambil alih oleh walikota dan warga Mineral Town.
Untuk mengembalikan kejayaan lahan pertanian ini, kamu perlu memperbaiki berbagai fasilitas, membersihkan lahan, dan memastikan bisnis pertanian kembali berjalan. Kamu akan membutuhkan uang yang tidak sedikit untuk mencapai semua itu. Kamu bisa melakukan berbagai hal untuk mendapat uang dalam Harvest Moon, mencari tanaman liar dan menjualnya, menanam benih dan merawatnya sampai panen untuk keuntungan lebih besar, memelihara ternak seperti ayam atau sapi untuk menghasilkan telur, susu, atau produk turunannya seperti mayones atau keju.
Dihadapkan dengan kondisi seperti itu, apa yang akan kamu lakukan? Bagaimana kamu menghabiskan waktu kamu sehari-hari? Strategic thinking
Strategic thinking atau berpikir strategis sederhananya adalah berpikir jangka panjang. Dengan target besar yang harus kamu capai dalam 3 tahun, kamu harus memikirkan bagaimana cara untuk mencapai target tersebut. Jika kamu menjalankan hari-hari tanpa punya rencana jangka panjang, kamu tidak bisa memastikan apakah kamu sudah lebih dekat dengan target tersebut atau tidak. Apakah ada hal yang kamu butuhkan untuk mencapai target tersebut atau tidak.
Hal pertama yang perlu dilakukan adalah mendefinisikan target kamu lebih baik. ‘Mengembalikan kondisi pertanian seperti masa kejayaannya dulu’ adalah target yang tidak jelas, bagaimana seseorang bisa tahu apakah kamu sudah mencapai target tersebut atau tidak.
Kita bisa menggunakan metode SMART untuk menentukan target atau goals: Specific, Measurable, Achievable, Relevant, Time-bound:
Versi 1: “Membuat pertanian memiliki bisnis yang bisa bertahan dan berkembang”. Target tersebut sudah lebih spesifik karena menekankan ‘kondisi masa keemasan’ dari sudut pandang bisnis, tapi target tersebut belum terukur.
Versi 2: “Membuat pertanian memiliki asset 1 Miliar dan keuntungan 300 Juta per musim”. Target ini sudah spesifik dan lebih terukur.
Versi 3: “Membuat pertanian memiliki asset 1 Miliar dan keuntungan 300 Juta per musim dengan menjual sayuran, buah eksotis, dan keju kualitas tinggi.” Target ini sudah lebih relevan dengan menjelaskan garis besar cara kita mencapainya. Jika tidak kita batasi dalam target, bisa jadi kamu tergoda untuk membuka restoran di lahan pertanian, yang sebenarnya melenceng dari tujuan awal kita.
Versi 4: “Membuat pertanian memiliki asset 1 Miliar dan keuntungan 300 Juta per musim dalam 3 tahun dengan menjual sayuran, buah eksotis, dan keju kualitas tinggi.” Target ini dilengkapi dengan batas waktu, agar kita tetap ingat untuk mengambil keputusan yang sesuai dengan jangka waktu yang kita miliki.
Goal Breakdown
Setelah memiliki target jangka panjang yang SMART, kita perlu mulai memecahnya menjadi beberapa target yang lebih kecil, bisa berdasarkan jangka waktunya, atau berdasarkan cakupannya. Contohnya, jika kita pecah berdasarkan jangka waktu, kita perlu membuat target untuk akhir tahun pertama dan akhir tahun kedua. Misalnya “Membuat green house pada musim dingin tahun pertama” (agar bisa menanam stroberi atau nanas di musim apapun), dan “Memiliki peternakan penuh dengan alur produksi lengkap di tahun kedua”.
Memecah target menjadi lebih kecil akan membuat kita memiliki gambaran yang lebih jelas tentang hal yang kita perlukan untuk mencapai target akhir kita. Proses memecah target ini bisa kita lakukan beberapa kali agar targetnya menjadi lebih kecil. Contohnya, dari target tahun pertama, kita bisa membuat target untuk masing-masing musim. Dari target akhir musim kita buat target per minggu. Dan dari target mingguan, kita buat target harian.
Salah satu momen yang paling saya ingat adalah saat saya dan kakak perempuan saya menghabiskan waktu beberapa hari untuk membuat jadwal kegiatan untuk setiap hari dalam Harvest Moon, lengkap sampai jenis benih yang ditanam, bentuk petak agar panen maksimal, kapan dipanen, berapa uang yang perlu dikumpulkan, dan upgrade perkakas di akhir bulan saat sudah tidak ada tanaman yang bisa dipanen. Semua itu dilakukan untuk bisa mencapai target di tahun ketiga.
Tactical Thinking
Tidak semua hal yang kita rencanakan akan terjadi 100% sesuai dengan rencana kita. Di saat musim panas, kamu memperhitungkan bisa panen nanas 3 kali, terakhir di tanggal 28. Tapi di tanggal 13, terjadi angin puting beliung. Kamu tidak bisa keluar rumah. Karena tidak disiram, jadwal panen bergeser satu hari. Jika ada puting beliung dua kali lagi, kamu hanya bisa memanen nanas dua kali di musim ini.
Atau bisa juga terjadi sebaliknya, kamu menjadwal rutinitas menyiram tanaman selama setengah hari, tepat sebelum kamu pingsan. Tapi hari ini hujan, semua tanaman tidak perlu disiram. Oke, sekarang apa yang akan kamu lakukan dengan waktu dan energi yang kamu miliki? Tactical thinking atau berpikir taktis adalah kemampuan berpikir jangka pendek dan mengambil keputusan terbaik berdasarkan kondisi saat itu. Keputusan yang diambil bisa jadi berbeda di setiap kesempatan. Yang jelas, kamu harus mengambil keputusan berdasarkan prioritas dan berbagai batasan yang kamu miliki.
Untuk contoh di atas, bisa saja kamu menghabiskan waktu dan energi tambahan di tambang untuk mencari Mystrile untuk upgrade perkakas, atau mejalankan side quest untuk mengumpulkan power berry agar kamu bisa bekerja lebih lama.
Untuk mengelompokkan berbagai hal yang ingin atau perlu kamu lakukan, kamu bisa membaginya menjadi 4 kategori berdasarkan kepentingan dan urgensinya:
- Kategori A: Penting dan mendesak (misalnya mengumpulkan bahan upgrade perkakas)
- Kategori B: Penting dan TIDAK mendesak (misalnya mengumpulkan kayu untuk upgrade rumah)
- Kategori C: TIDAK penting tapi mendesak (misalnya mengumpulkan tanaman liar untuk dijual)
- Kategori D: TIDAK penting dan TIDAK mendesak (misalnya memancing semua jenis ikan)
Sebisa mungkin kamu kerjakan tugas dengan kategori A, setelah itu baru kategori B. Tugas kategori C mungkin perlu kamu lakukan tapi tidak membuat kamu mencapai target yang kamu inginkan. Sebisa mungkin delegasikan tugas atau tunda kategori C. Hal-hal pada kategori D adalah hal-hal menarik yang sifatnya ’nice to have’, sebaiknya tidak perlu kamu lakukan.
Dengan mengombinasikan strategic thinking dan tactical thinking, kamu bisa memperbesar peluang mencapai target yang sudah kamu tentukan. Hal ini tidak hanya bisa diterapkan pada bisnis atau project management, tapi bisa juga diterapkan di kehidupan pribadi, misalnya target terkait kesehatan atau jodoh.
This is my old post from 24th 2017